Sebagaimana dikatakan seorang penyair:
إذا لم يعظ في الناس من هو مذنب
فمن يعظ العاصين بعد محمد
“Apabila seorang pendosa itu tidak menasihati manusia,
Maka siapakah yang akan menasihati orang-orang yang berdosa setelah Nabi Muhammad kita”.
Siapa sahaja di dunia ini tidak terlepas dari dosa. Kita semua hanya insan biasa, bukan maksum, bukan malaikat, hati dan imannya mudah goyah, dek angkara hasutan dan desakan syaitan. Justeru, setiap kali diberi hidayah, diberi petunjuk, jangan lupa meminta pada-Nya supaya ditetapkan hati kita dan tidak dibolak-balikkan dengan mudah, juga mintalah agar kita tidak disesatkan sesudah dikurniakan hidayah. Resam manusia, sesudah berbut dosa inginkan kepada fitrah asalnya, iaitu melalui TAUBAT.
Dalam pada kita menelusuri kehidupan, sudah semestinya tidak terlepas dari fitrah dan lumrah manusia. Pahala dan dan dosa mencorak kehidupan seharian. Cuma berat timbangan yang mana, bergantung pada kekuatan iman masing-masing.
Kita (umat Muhammad) adalah sebaik-baik umat yang diciptakan Allah untuk manusia, untuk menyeru kepada kebaikan (AMAL MA'RUF), dan mencegah dari yang MUNGKAR (NAHI MUNKAR). Itu apa yang Allah katakan dikala pembukaan kota Mekah dahulu. Jadi, kita tiada hak untuk menafikan apa tujuan Dia menciptakan kita. Setiap orang berhak menegur, berhak untuk ditegur atas kesalahannya. Dan setiap orang juga ada hak untuk mengajak atau diajak untuk berbuat kebajikan. Jangan nafikan hak sesama kita, sehinggakan dituntut di akhirat kelak.
"Berpesan-pesanlah kepada KEBAIKAN, walau tak kesemuanya engau perbuat. Dan berpesan-pesanlah untuk menjauhi KEMUNGKARAN walau tak kesemuanya dapat engkau jauhi."
Sa’id bin Jubair berkata: “Apabila seseorang tidak memerintahkan kepada kebaikan dan tidak pula mencegah dari yang munkar, hingga ia menunggu dirinya bebas dari kesalahan, maka tidak akan ada seorangpun yang memerintahkan kepada kebaikan dan tidak pula mencegah dari yang mungkar”.
Imam Malik setelah mendengar perkataan Sa’id bin Jubair berkata: “Benar apa yang dikatakan Sa’id. Siapakah yang tidak memiliki sedikitpun dosa dalam dirinya?”.
Al-Hasan berkata kepada Mutharrif bin ‘Abdillah: “Berilah nasihat kepada sahabat-sahabatmu”. Mutharrif menjawab: “Sesungguhnya aku takut mengatakan apa yang tidak aku kerjakan”.
Al-Hasan berkata lagi: “Semoga Allah merahmati dirimu. Tidak ada seorangpun di antara kita yang melakukan semua yang diperintahkan Allah. Syaitan akan gembira apabila kita berfikir seperti itu sehingga tidak ada seorangpun yang memerintah kepada kebaikan dan tidak pula mencegah dari kemungkaran”.
Berkata Ibnu Hazm: “Apabila orang yang mencegah dari perbuatan keji mesti orang yang tidak memiliki kesalahan, dan orang yang memerintah kepada kebaikan mesti orang yang selalu mengerjakan kebajikan, maka tidak ada seorangpun yang mencegah dari yang mungkar dan tidak ada seorang pun yang mengajak kepada kebaikan setelah Nabi Muhammadsallallahu ‘alaihi wa sallam.”
(Semua nukilan diatas dapat ditemukan dalam kitab al-Jami’ li Ahkamil Quran: 1/367, al-Qurtubi).
Imam Nawawi berkata:
“Para ulama menyatakan bahawa tidak disyaratkan pada orang yang memerintah kepada kebaikan atau orang yang mencegah dari kemungkaran untuk mencapai kesempurnaan dalam segala hal. Tapi, ia mesti tetap mengajak kepada kebaikan walaupun ia memiliki kekurangan dalam hal yang ia ajak kepadanya, dan ia tetap mencegah kemungkaran walau ia terkadang mengerjakan apa yang ia cegah. Kerana sesungguhnya wajib pada dirinya dua perkara iaitu : mengajak dirinya sendiri ke arah kebaikan dan mencegah dari kemungkaran; dan mengajak orang lain ke arah kepada kebaikan dan mencegah mereka dari yang mungkar. Tidak boleh ia melalaikan salah satu dari dua perkara tersebut”.
(Syarah Sahih Muslim: 2/23, An-Nawawi).
Semoga kita termasuk orang-orang yang selalu saling menasihati dalam kebaikan.
1 comment:
MasyaAllah, good entry.
Moga Allah memilih kita semua dlaam tugas amar ma'ruf wa nahi an munkar.
amiin
Post a Comment